Lari-lari kecil diiringi pekik tawa dengan muka menengadah menantang
matahari, menyongsong cita di tepi barat bumi pertiwi. Layang-layang
mini dengan rupa-rupa warna telah jadi, lengkap dengan torehan nama dan
cita-cita si pembuatnya. Terbang...sebelum menukik di antara Ilalang,
menanti kaki-kaki telanjang mendekat, meraih dan membawanya terbang
kembali.
“Trai” kata mereka, mencoba menerbangkan layang-layang dan cita-cita setinggi mungkin, tanpa ada ragu mereka berkata, “Aku pasti bisa meraihnya!”.
“Trai” kata mereka, mencoba menerbangkan layang-layang dan cita-cita setinggi mungkin, tanpa ada ragu mereka berkata, “Aku pasti bisa meraihnya!”.
Kuambil Bambu sebatang
Kupotong sama panjang
Kuraut dan kutimbang dengan benar
Kujadikan layang-layang...
Sebuah lagu tentang ‘Layang-layang’ mungkin cocok menjadi latar
aktivitasku hari ini *_*. Hari-hari yang selalu menyenangkan bersama
bocah-bocah kecil yang tak pernah penat belajar dan bermain denganku.
“Cita-cita Tedi kalau sudah besar nanti mau jadi apa?”
“Aku nak jadi Polisi Bu!”
“Nah, kalau begitu rambutnya harus dipotong, biar rapi kayak
bapak-bapak polisi tu! Ya Tedi ya?”, “Kalau Ahin, apa cita-citanya?”
“Ahin nak jadi penjaga kedai Bu!”, seorang anak menyeletuk diikuti tawa teman-teman sekelasnya.
“Penjaga kedai tu pekerjaan, bukan cita-cita. Cita-citaku jadi guru!”,
dengan suara lantang menimpali komentar temannya, dia mencoba membela
diri dan mengungkapkan cita-citanya dengan yakin. Ahin, seorang murid
kelas IV yang tekun dan cepat memahami materi pelajaran, dia selalu jadi
juara 1 di kelasnya. Orang tuanya pemilik kedai, menjual bahan-bahan
kebutuhan rumah tangga di depan rumahnya. Sepulang sekolah dia sering
membantu orang tuanya menjaga kedai. Itulah sebabnya, teman-temannya
menduga dia ingin menjadi penjaga kedai. Tapi anak-anak di sini cukup
baik, tidak ada saling mengolok-olok nama orang tua apalagi pekerjaan
orang tua. Komentar tadi hanya menggoda Ahin yang sedang sangat serius
membuat layang-layangnya.
Kami sedang membuat layang-layang cita-cita, menerbangkannya setinggi
mungkin, kalau perlu hingga mencapai bulan, agar ketika jatuh paling
tidak akan tetap berada di antara bintang-bintang. Hari ini ada mata
pelajaran SBK (Seni, Budaya dan Keterampilan). Kuajak anak-anak untuk
membuat layang-layang karena di sini sedang musim permainan
layang-layang. Biasanya mereka membeli layang-layang untuk bermain,
kalau dapat membuatnya sendiri maka mereka tidak perlu membeli lagi.
Sembari membuat layang-layang mereka kuminta untuk memikirkan
cita-citanya dan menuliskannya pada kertas yang dijadikan bahan untuk
membuat layang-layang. Ternyata muridku banyak yang ingin menjadi guru,
bahkan ada yang berniat menjadi Pengajar Muda, katanya kayak aku dan Bu
Intan (Pengajar Muda angkatan I yang kulanjutkan pengabdiannya di
sekolah ini). Namun tidak sedikit dari mereka yang punya cita-cita lain,
menjadi Polisi misalnya.
Dari tanggapan Ahin aku jadi tahu bahwa anak-anak memahami perbedaan
antara pekerjaan dan cita-cita. Hayooo...belum tentu kita semua dapat
membedakan antara cita-cita dan pekerjaan bukan?!*_^. Bahkan mungkin ada
yang belum pernah terpikir bahwa keduanya berbeda. Jika itu benar, mari
kita belajar perbedaan keduanya dari anak-anak ini.
“Kalau menjadi guru adalah cita-cita Ahin, pekerjaan Ahin nanti apa?”,
aku mencoba menggiring anak ini pada pemahaman yang tersembunyi di balik
benaknya.
“Menjaga kedai dan belah pinang Bu! Pagi aku mengajar, sore jaga kedai dan belah pinang”
“Memang apa bedanya pekerjaan dan cita-cita?”, lanjutku menelusuri ruang berpikirnya.
“Iya...apa bedanya? Kalau kau jadi guru, pekerjaan kau ya jadi guru”, sahut murid yang lainnya.
“Beda, kalau pekerjaan harus dilakukan, karena kalau tidak kerja kau
tidak makan. Kalau cita-cita dapat tercapai, dapat juge tidak!”, Ahin
pun segera menanggapi. “Tapi kita harus berusaha betul untuk
meraihnya!”, sambungku, memastikan mereka akan berusaha untuk meraih
cita-cita yang diimpikannya. Intinya cita-cita itu bukan untuk mencari
penghasilan, itu menurut penjelasan Ahin. Ada yang punya penjelasan lain
kawan-kawan? (^_^).
Semakin jelas kita memvisualisasikan masa depan, semakin termotivasi kita untuk meraihnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar